Renungan Pelka Laki-laki
Pembacaan Alkitab: Yohanes 9:8-23
Ditulis oleh: Pdt. Victor A. Kakambong, S. Teol
SUNGGUH ALLAH, SUNGGUH MANUSIA
Dewasa ini ada banyak aliran kepercayaan
yang mengajarkan tentang siapa Yesus itu menurut pemahaman mereka. Ada yang
mengatakan bahwa Yesus itu bukan Allah, Dia hanya sebagai pengantara yang
derajatnya lebih rendah dari Allah dan sedikit lebih tinggi dari manusia (Saksi
Yehova). Ada gereja yang menekankan tentang Yesus dan aturan hari tertentu, ada
gereja yang mengutamakan manifestasi Roh Kudus sebagai tanda orang percaya
Yesus. Dan ada aliran yang menekankan tentang penyebutan nama Yesus dengan
sebutan “Yesyuah Hammasiahk” . Pokok ajaran gereja memang bersumber dari Kepala
Gereja sendiri yaitu Yesus. Oleh karena itu untuk memahami ajaran yang sehat
terlebih dahulu gereja harus memahami siapa Yesus yang ada dalam kebenaran
catatan Alkitab dan bukan pada ajaran-ajaran yang lain. Seperti dalam pembacaan
kita saat ini.
Pada teks pembacaan kita saat ini, terjadi
pertentangan di kalangan orang-orang Farisi ketika Yesus menyembuhkan orang
yang buta sejak lahir. Sebagian dari mereka mempersoalkan hari Sabat waktu
Yesus melakukan mujizat penyembuhan itu, sebagian lagi mempersoalkan apakah
Yesus berdosa atau tidak? Sebab orang berdosa tidak mungkin melakukan mujizat. Dalam
injil Yohanes, penulisnya mau meyakinkan para pembaca bahwa Yesus adalah Anak
Allah yang berkuasa sekaligus juga adalah Anak Manusia. Menelisik pertentangan
di kalangan orang-orang Farisi tentang siapa Yesus dalam teks pembacaan ini, maka
injil Yohanes mau mengatakan bahwa :
1.
Yesus
adalah Allah yang tidak dapat dibatasi oleh batasan aturan hari. Sebab
pengudusan hari tertentu (Sabat) sebenarnya bermaksud agar tersedianya waktu
khusus manusia untuk bersekutu dengan Allahnya dan bersaksi tentang karyaNya.
Oleh karena itu ketika Yesus berjumpa dengan orang buta, Ia menyembuhkannya
untuk menyatakan karya Allah. Sebab Ia adalah Tuhan atas hari sabat (Matius
12:8; Markus 2:28; Lukas 6:5). Yang terutama bukanlah persoalan harinya tetapi
apakah Allah sudah dimuliakan dan karya Allah sudah dinyatakan dalam diri orang
yang percaya kepadaNya?
2.
Yesus
adalah anak manusia yang dilahirkan ke dunia dalam bentuk manusia sejati. Dalam
kemanusiaanNya, tentu saja ia sama dengan kita dalam segala hal kecuali dosa.
Sebagai manusia, Yesus bisa saja berbuat dosa tetapi Ia memilih untuk taat
tidak berbuat dosa sampai kematianNya (Filipi 2:6-8). Yesus dalam
kemanusiaanNya telah membuktikan kepada kita bahwa hidup dapat dijalani dengan
menjauhi dosa. Apalagi keselamatan itu sudah dikaruniakan bagi kita. Sebagai
orang yang percaya kepadaNya maka hidup kita harus meneladani hidupNya.
Cerita penyembuhan orang yang buta sejak
lahir ini lebih memperjelas kepada kita tentang siapa Yesus itu. Dalam diriNya kita melihat kesempurnaan Allah
dan KemanusiaanNya. Ibarat air dan minyak dalam sebuah wadah yang menyatu tetapi tetap dua entitas yang berbeda. Ia
100% Allah dan 100% manusia. Dengan mengenalNya, kita makin kokoh dalam
kesetiaan mengikut Dia. (vak)