Kisah Para Rasul 6:1-7
Nats Pemb :Matius 23:11
“Pelayan Meja”
P
|
ara
penulis Alkitab memberikan kesaksian bahwa dalam melaksanakan pelayanan-Nya di
dunia, Yesus tidak bekerja seorang diri melainkan dibantu oleh orang-orang
lain. Ia memanggil siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memilih mereka dengan
bebas, tanpa melihat latar belakang atau pun status sosial dari orang yang
dipanggil dan dipilih-Nya. Diantaranya, Yesus pun memilih murid-murid-Nya
secara khusus dari sekian banyak orang yang percaya dan mengikut Dia (Mat.
4:18-22; Mrk. 1:16-20; Luk. 5:1-11). Pemilihan para murid inilah yang terus
diberlakukan oleh orang-orang percaya di segala tempat dan masa.
Pada
dasarnya, semua orang percaya dipanggil dan diberi tanggung jawab untuk
melayani Tuhan dan sesama sesuai dengan karunia yang diberikan Allah (band. Rm.
12:6-8; I Ptr. 4:10). Walaupun demikian, ada orang-orang yang dipilih secara
khusus untuk menjadi pelayan, yang bertanggung jawab mengatur dan menata
pelayanan yang dilakukan agar dapat berjalan dengan baik dan teratur. Mereka
yang menerima ‘jabatan pelayanan’dipilih pertama-tama atas prakarsa Allah.
Pemilihan ini didasarkan pada pemanggilan Allah dan karenanya tugas pelayanan yang
dilakukan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Alkitab
juga menyaksikan bahwa ada saatnya dilakukan pemilihan kembali untuk
menggantikan ‘pelayan’ yang telah dipilih. Pemilihan dan penggantian pejabat
pelayanan ini telah dilakukan sejak jemaat Kristen mula-mula. Hal ini sangat
menarik untuk ditelusuri lebih mendalam karena dapat menimbulkan berbagai
pertanyaan, seperti: mengapa harus ada penggantian pelayan? Apa tujuan
diadakannya pemilihan itu? Selanjutnya, tentu akan dipertanyakan pula tentang
siapa yang akan dipilih, apakah ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi
atau tidak dan cara apakah yang dipakai dalam proses pemilihan tersebut?
Dalam
Kisah Para Rasul 1:15-26 kita sudah membahas
penggantian pejabat pelayanan dan dalam bacaan kita saat ini Kisah Para Rasul
6, mengedepankan tentang penambahan pejabat pelayanan, dalam hal ini mereka
yang bertugas untuk pelayanan meja perjamuan.
Para Rasul sendiri sadar bahwa tanggungjawab
dan kerja mereka semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah pengikut
Kristus. Para Rasul ingin memusatkan pelayanan mereka pada doa dan firman (lih.
ay.4). Karena itu, dipilihlah 7 orang yang ditugaskan khusus melayani meja, terlebih
menaruh perhatian besar kepada orang miskin. Mereka adalah Stefanus, Filipus,
Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus.
Mengenai
jabatan pelayanan ternyata tidak hanya dibicarakan dan menjadi perhatian gereja
mula-mula, karena dalam gereja sekarang pun pembicaraan tentang jabatan
pelayanan hangat dibicarakan baik di lingkungan gereja maupun di tengah
masyarakat. Karenanya, tidak heran apabila terdapat berbagai pemikiran serta
pemahaman yang pro dan kontra sehubungan dengan hal ini. Ada pemikiran dan
pemahaman yang dapat dipertanggungjawabkan secara teologis, tetapi ada juga
yang tidak. Dalam pengertian, masih ada yang memiliki pemikiran dan pemahaman
yang sempit sehubungan dengan hal tersebut.
Apabila
kita mencermati pelayanan gereja dewasa ini, maka kita akan mendapati adanya
fenomena-fenomena yang muncul, yang mempertanyakan apakah pemilihan pejabat
pelayanan (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah para pelayan khusus penatua
dan diaken) yang dilakukan masih sesuai dengan tujuan, atau telah bermuatan
‘kepentingan’? Apakah para ‘pejabat gereja’ telah memahami apa tugas dan
tanggungjawabnya?
Pembacaan
Alkitab saat ini, kembali mengingatkan para pelayan Tuhan: Pendeta, Penatua,
Diaken, Pengurus Pelka/Pelsus, semuanya adalah dipilih atas kehendak Tuhan.
Maka seharusnya jabatan pelayanan itu dipakai untuk melayani dan memuliakan
Tuhan. Menjangkau semua umat
Tuhan, tanpa membeda-bedakan status, jabatan, harta benda dan sebagainya.
Kita
baru saja memasuki pertengahan masa pelayanan kita, karena itu kita didorong untuk dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawab pelayanan dengan baik. GMIST sebagai sebuah lembaga memiliki aturannya dalam penentuan, tugas
dan tanggungjawab sebuah jabatan pelayanan. Ketaatan kepada lembaga pun menjadi
bentuk ketaatan kepada Tuhan. Sebagai lembaga (GMIST), sama halnya dengan
organisasi kecil Para Rasul, yang senantiasa memohon tuntunan Tuhan dalam
setiap pengambilan keputusannya, termasuk dalam penetapan pejabat pelayanan.
Di
samping itu, peran serta seluruh warga jemaat pun diharapkan berperan aktif
dalam setiap persekutuan orang percaya, dalam membangun hubungan yang baik
dengan sesama dan dalam menopang setiap kegiatan pelayanan. Niscaya apa yang
sudah dirintis oleh para Rasul, diteruskan oleh para misionaris/zending, akan
senantiasa berakar dalam persekutuan hidup jemaat. Berbagai jabatan pun menjadi
komitmen untuk melayani dan membawa banyak orang untuk masuk dalam persekutuan
dengan Yesus. (vcls)