Nats Pemb :Amsal 11:3
Ditulis Oleh :Pdt. Julisan Derek
“Kejujuran”
D
|
i era tahun 70-an,
grup band D’Loyds menghipnotis generasi muda dengan penggalan pop yang untaian
syairnya: bukannya emas, bukan istana sebagai tandanya cinta, hanyalah satu
selalu kupinta, jujur berkata dan tindakan.
Dari syair lagu ini,
kita bisa mengerti bahwa langgengnya hubungan cinta, hubungan persaudaraan,
persahabatan, tidak hanya semata ditentukan oleh materi, tetapi kejujuran dalam
berucap dan bertindak. Bukan berarti yang namanya materi tidak penting, tetapi materi
akan membawa manfaat jika dilandasi pada kejujuran. Banyak orang mengejar,
mengupayakan materi sebanyak mungkin, tapi ujung-ujungnya ia tidak menemukan
kebahagiaan, karena kejujuran ia abaikan. Kejujuran menjadi sangat penting
karena berkaitan dengan sikap dan perilaku seseorang. Dalam dunia yang semakin
modern, apakah sadar atau tidak sering terdengar ucapan: masihkah diperlukan
kejujuran?
Bacaan di saat ini
membantu kita menjawab pertanyaan tersebut. Ananias dan Safira, pasangan suami
istri dikenal di kalangan komunitas Kristen karena ketidak jujuran mereka.
Dimana-mana kita mendengar kalau orang tidak jujur, maka rujukannya: jangan
jadi Ananias dan Safira.
Dari cerita
sebelumnya, penulis Kisah mengulas bagaimana cara hidup jemaat pertama yang
terinspirasi untuk memberitakan tentang Yesus dengan berbagai cara agar dari
pemberitaan itu jemaat bertumbuh. Warga jemaat yang diilhami oleh kuasa Roh
Kudus melalui kesaksian para Rasul, bertekad untuk bersatu dalam banyak hal,
mereka sehati dan sejiwa. Bukan hanya bersaksi lewat kata-kata, tetapi mereka
juga sepakat untuk menjual harta milik mereka dan dipersembahkan kepada Tuhan.
Mereka memahami apa yang mereka punyai adalah milik bersama.
Jemaat mula-mula
sadar bahwa pertumbuhan iman juga ditentukan dengan tersedianya materi untuk
memfasilitasi pelayanan. Sungguh luar biasa kesatuan hati, tekad dan pikiran
mereka. Tidak terkecuali pasangan suami istri, Ananias dan Safira. Mereka
sepakat untuk menjual sebidang tanah, tapi persoalannya mereka tidak jujur, baik
terhadap Tuhan, terhadap rasul-rasul, termasuk tidak jujur pada diri mereka
sendiri. Hasil yang diperoleh dari penjualan tanah tidak sepenuhnya
dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi hanya sebagian. Mereka pun bersekongkol.
Konspirasi
(persekongkolan) yang dianggap tidak akan membawa akibat apa-apa, ternyata
berakibat fatal. Baik Ananias, maupun Safira, mati secara tragis dalam jangka
waktu yang hampir bersamaan. Ketidak jujuran yang membawa petaka. Setiap orang
bisa berkonspirasi untuk banyak hal, termasuk dalam hal keuangan, tapi ingat
Roh Kudus tidak bisa didustai. Meminjam syair lagu: di hadapan manusia boleh
kau bersandiwara, tapi jangan kepada Tuhan. Kejujuran adalah kunci sukses dari
sebuah keberhasilan, tapi ketidakjujuran membawa bencana. Orang jujur dipimpin
oleh ketulusannya, tetapi orang yang tidak jujur dirusak oleh kecurangannya
(Amsal 11:3).
Peristiwa kematian
tragis yang menimpa Ananias dan Safira adalah pelajaran bagi semua orang untuk
bersikap jujur dalam banyak hal. Pasca kematian keduanya ada dampak positif
bagi jemaat yang ketakutan mendengar peristiwa itu. Ada efek jera untuk tidak
ikut-ikutan dalam ketidakjujuran.
Kita bersyukur atas
kejujuran penulis Kisah Para Rasul yang mengisahkan peristiwa ini. Kejujuran
penulis tidak dimaksud agar kita boleh berkonspirasi dengan ketidakjujuran.
Bukan juga sebagai sebuah pembenaran karena manusia itu lemah dan terbatas.
Penulis ingin jujur mengemukakan bahwa dinamika pelayanan di bidang apa saja
masih sering diwarnai oleh ketidakjujuran, baik di lingkungan rumah tangga,
dalam relasi persahabatan, bahkan dalam komunitas keagamaan.
GMIST sebagai lembaga
keagamaan terbesar dibumi Sangihe dan Sitaro sedang dan sementara berupaya
untuk menempatkan posisinya sebagai gereja yang terus bersekutu, bersaksi dan
melayani. Tugas ini tidak mudah, membutuhkan persepsi yang sama dari semua
komponen, pelayan dan warga jemaat. Sebuah tantangan besar ketika kita
menghendaki GMIST yang maju dan mandiri dalam semua aspek, maka pertanyaannya
adalah: apakah kejujuran dalam menata pelayanan masih merupakan tekad bersama?
Ibarat berjalan di panas terik yang melelahkan, seperti petani yang harus
bertani di musim kemarau, kerjanya keras, tapi hasilnya sedikit. Berkeringat
banyak, kepanasan, kelelahan tanpa sukacita yang mendalam. Itulah kenyataan
kita.
Setiap orang pasti
ingin sukses dan berhasil. Setiap orang ingin hidup sejahtera. Hidup seperti
itu kedengarannya mewah, tapi prakteknya sukar. Menjadi semakin sukar ketika
kita berprinsip: semua bisa diatur. Apalagi kalau kekuasaan dan uang dipandang
sebagai senjata pamungkas. Kejujuran dan ketulusan, disitulah kuncinya. Karena
itu, bersikaplah jujur mulai dari diri sendiri. Jujur dengan siapa saja, jujur
dalam menata pekerjaan dan pelayanan kita. Mari kita membuka arah pandangan
kita seluas mungkin. Jangan hanya melihat pada persoalan yang sementara kita
hadapi. Ketika kita mampu membuka pandangan kita ke depan, maka harapan akan
berpancarnya komunitas GMIST yang maju akan membuahkan hasil yang baik.(jdrk)
Bagus
BalasHapusMenjadi berkat bagi kami u/ ingat sll dlm kejujuran.
BalasHapus