Rabu, 18 Februari 2015

Yunus 4:1-11 (Kekuatan Cinta)


Pemb. Alk. : Yunus 4:1-11
Nats Pemb : Mazmur 37:5-7
Ditulis OLeh :Pdt. Hendro. M. D. Dededaka, M. Th
Kekuatan Cinta


B
etapa besarnya kekuatan cinta dan kasih sayang, mampu meruntuhkan tembok-tembok kebencian, amarah dan iri hati. Itu yang menjadi kesan sepintas dari kisah akhir Yunus dan kota Niniwe yang kita baca hari ini.

Yunus, yang disaksikan sebagai salah satu hamba Allah, penerima pesan Allah, telah mengetahui keberadaan kota Niniwe yang penuh dengan kejahatan. Kejahatan itu telah menimbulkan dendam, amarah dan sakit hati pada Yunus dan juga bangsa di sekitarnya. Sebagai manusia, dia menghendaki bahwa Allah mendatangkan hukuman yang berat atas bangsa itu. Namun apa yang dikehendaki oleh Yunus, ternyata bukanlah itu yang dikehendaki oleh Allah. Memang Allah menyuruh Yunus memberitakan penghukuman kepada Niniwe, tetapi Yunus pun tahu Allah menghendaki satu hal yang lebih jauh dari itu, yakni pertobatan bangsa Niniwe. Yunus juga tahu, bahwa Allah pasti akan mengampuni mereka. Itulah sebabnya ia melarikan diri. Namun, kepada siapa Allah berkenan, maka dialah yang Allah pilih. Ke mana pun Yunus bersembunyi, tetaplah Allah mendapatinya dan melalui dia kehendak Allah harus disampaikan.

Dengan berat hati Yunus menjalankan tugasnya. Kekesalannya pun memuncak ketika pada akhirnya Allah mengampuni bangsa Niniwe. Ia pun marah kepada Allah dan ingin mati saja. Dalam kekesalannya, ia keluar dari kota Niniwe dengan maksud untuk menenangkan diri. Dalam pengasingannya itu, Allah menggunakan kekuasaannya terhadap alam untuk menyadarkan Yunus dari kemarahannya. Fenomena pohon jarak dijadikan ilustrasi oleh Allah. Di dalam kemarahannya, Yunus dihibur dengan bertumbuhnya sebuah pohon jarak yang lama-kelamaan semakin tinggi dan sangat nyaman dijadikan tempat berteduh. Ia pun melewatkan waktunya untuk bersantai di bawah pohon itu. Sejenak segala kemarahannya sirna diterpa kesejukan udara di bawah pohon itu. Namun, pada suatu masa, oleh karena kehendak Allah, pohon itu kering dimakan ulat dan panas terik pun menyengat kepala Yunus.

Dari realita ini Allah mengajak Yunus untuk berevaluasi terhadap peristiwa yang baru ia alami. Allah mendapati bahwa Yunus begitu menyesal dengan keringnya pohon jarak itu, karena ia begitu sayang pada pohon yang sebelumnya membawa kesejukan. Rupanya Allah menggunakan pohon jarak sebagai simbol dari bangsa Niniwe. Allah pun menyesal apabila Ia harus membuat kota Niniwe kering dan penduduknya mati. Oleh karena itu, Ia mengampuni mereka atas dasar cinta dan kasih sayang. Apakah Yunus menyesal dan sadar ketika Allah hadir memberi peringatan kepadanya? Hal itu ternyata tidak disaksikan dalam cerita Alkitab ini. Tapi, tentu saja kesaksian Alkitab ini memberi pengajaran yang begitu penting di dalam kehidupan kita berkeluarga, berjemaat dan bermasyarakat.

Harus kita sadari dan akui bahwa dalam hidup kita, terkadang kita pun bertingkah seperti Yunus yang suka marah, egois, merasa diri paling benar, tidak tahu berterima kasih dan pendendam. Memang, sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, wajarlah apabila dalam diri kita terkadang muncul rasa iri, dengki atau sakit hati, ketika orang lain lebih baik atau pun mendapat kelimpahan dibanding hidup kita. Wajar juga apabila kita marah apabila orang lain di sekitar kita berbuat kejahatan terhadap kita. Wajar juga kita merasa kesal apabila sesuatu yang kita inginkan tidak tercapai.

Namun, dari semua perilaku kita ini, kita diingatkan bahwa Allah menghendaki agar kekuatan cinta dan kasih sayang (the power of love) mengalahkan semua kekesalan, kekecewaan dan kemarahan kita, dan bukannya cinta akan kekuasaan (the love of power). Kekuatan cinta ini akan menjadikan kita mampu mengampuni orang yang telah bersalah dan bertobat serta meminta maaf kepada kita. Kekuatan cinta ini pun mampu mengubah amarah menjadi suatu keprihatinan dan pengertian satu dengan yang lain. Dan dengan kekuatan cinta ini pun kita terus diingatkan bahwa kita mengampuni, mengasihi dan melayani orang lain karena kita telah lebih dahulu menerima semuanya itu dari Allah, Sang Pemberi dan Pemelihara hidup. Kasih Allah terhadap kita tidak berkesudahan. Bahkan, ketika kita melakukan apa yang tidak layak untuk kita lakukan seperti yang dilakukan Yunus dengan bersikap kesal dan marah terhadap Allah karena menganggap bahwa apa yang Allah buat tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diharapkan, Ia tetap mengasihi dan memberkati kita. Sudahkan kita menyadari semua kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Ataukah kita akan bersikap masa bodoh dengan apa yang terjadi? Keputusannya ada di tangan kita masing-masing. Allah masih memberikan kita kesempatan untuk hidup dan berkarya.

Dari kesaksian Alkitab ini, kita pun diajak untuk jeli melihat tanda-tanda yang terjadi di alam ini. Banyak peristiwa alam yang terjadi akhir-akhir ini yang membuat kita takjub, gelisah ataupun takut. Mungkin dengan semuanya ini Allah sementara berkarya lewat ciptaan-Nya untuk menyadarkan kita dari kekerasan hati kita, atau mungkin Allah berkehendak agar kita lebih memperhatikan orang lain di sekitar kita. Pohon jarak, menjadi lambang cinta kasih yang ditumbuhkan Allah untuk mengingatkan kita selaku umat ciptaan-Nya bahwa Allah menginginkan kita untuk menjadi seperti pohon jarak, dengan menjadi pembawa kesejukan (kenyamanan, keamanan, ketenangan dan sukacita) bagi diri kita dan bahkan bagi semua orang yang berada di sekitar kita, penghapus amarah dan pembawa berkat bagi semua orang. (hmdd)

1 komentar: