Pemb. Alk. : Yunus 4:1-11
Nats Pemb : Mazmur 37:5-7
Ditulis OLeh :Pdt. Hendro. M. D. Dededaka, M. Th
“Kekuatan
Cinta”
B
|
etapa
besarnya kekuatan cinta dan kasih sayang, mampu meruntuhkan tembok-tembok
kebencian, amarah dan iri hati. Itu yang menjadi kesan sepintas dari kisah
akhir Yunus dan kota Niniwe yang kita baca hari ini.
Yunus,
yang disaksikan sebagai salah satu hamba Allah, penerima pesan Allah, telah
mengetahui keberadaan kota Niniwe yang penuh dengan kejahatan. Kejahatan itu
telah menimbulkan dendam, amarah dan sakit hati pada Yunus dan juga bangsa di
sekitarnya. Sebagai manusia, dia menghendaki bahwa Allah mendatangkan hukuman
yang berat atas bangsa itu. Namun apa yang dikehendaki oleh Yunus, ternyata
bukanlah itu yang dikehendaki oleh Allah. Memang Allah menyuruh Yunus
memberitakan penghukuman kepada Niniwe, tetapi Yunus pun tahu Allah menghendaki
satu hal yang lebih jauh dari itu, yakni pertobatan bangsa Niniwe. Yunus juga
tahu, bahwa Allah pasti akan mengampuni mereka. Itulah sebabnya ia melarikan
diri. Namun, kepada siapa Allah berkenan, maka dialah yang Allah pilih. Ke mana
pun Yunus bersembunyi, tetaplah Allah mendapatinya dan melalui dia kehendak
Allah harus disampaikan.
Dengan
berat hati Yunus menjalankan tugasnya. Kekesalannya pun memuncak ketika pada
akhirnya Allah mengampuni bangsa Niniwe. Ia pun marah kepada Allah dan ingin
mati saja. Dalam kekesalannya, ia keluar dari kota Niniwe dengan maksud untuk
menenangkan diri. Dalam pengasingannya itu, Allah menggunakan kekuasaannya
terhadap alam untuk menyadarkan Yunus dari kemarahannya. Fenomena pohon jarak
dijadikan ilustrasi oleh Allah. Di dalam kemarahannya, Yunus dihibur dengan
bertumbuhnya sebuah pohon jarak yang lama-kelamaan semakin tinggi dan sangat
nyaman dijadikan tempat berteduh. Ia pun melewatkan waktunya untuk bersantai di
bawah pohon itu. Sejenak segala kemarahannya sirna diterpa kesejukan udara di
bawah pohon itu. Namun, pada suatu masa, oleh karena kehendak Allah, pohon itu
kering dimakan ulat dan panas terik pun menyengat kepala Yunus.
Dari
realita ini Allah mengajak Yunus untuk berevaluasi terhadap peristiwa yang baru
ia alami. Allah mendapati bahwa Yunus begitu menyesal dengan keringnya pohon
jarak itu, karena ia begitu sayang pada pohon yang sebelumnya membawa
kesejukan. Rupanya Allah menggunakan pohon jarak sebagai simbol dari bangsa
Niniwe. Allah pun menyesal apabila Ia harus membuat kota Niniwe kering dan
penduduknya mati. Oleh karena itu, Ia mengampuni mereka atas dasar cinta dan
kasih sayang. Apakah Yunus menyesal dan sadar ketika Allah hadir memberi
peringatan kepadanya? Hal itu ternyata tidak disaksikan dalam cerita Alkitab
ini. Tapi, tentu saja kesaksian Alkitab ini memberi pengajaran yang begitu
penting di dalam kehidupan kita berkeluarga, berjemaat dan bermasyarakat.
Harus
kita sadari dan akui bahwa dalam hidup kita, terkadang kita pun bertingkah
seperti Yunus yang suka marah, egois, merasa diri paling benar, tidak tahu
berterima kasih dan pendendam. Memang, sebagai manusia yang penuh dengan
keterbatasan, wajarlah apabila dalam diri kita terkadang muncul rasa iri,
dengki atau sakit hati, ketika orang lain lebih baik atau pun mendapat kelimpahan
dibanding hidup kita. Wajar juga apabila kita marah apabila orang lain di
sekitar kita berbuat kejahatan terhadap kita. Wajar juga kita merasa kesal
apabila sesuatu yang kita inginkan tidak tercapai.
Namun,
dari semua perilaku kita ini, kita diingatkan bahwa Allah menghendaki agar
kekuatan cinta dan kasih sayang (the
power of love) mengalahkan semua kekesalan, kekecewaan dan kemarahan kita,
dan bukannya cinta akan kekuasaan (the
love of power). Kekuatan cinta ini akan menjadikan kita mampu mengampuni orang
yang telah bersalah dan bertobat serta meminta maaf kepada kita. Kekuatan cinta
ini pun mampu mengubah amarah menjadi suatu keprihatinan dan pengertian satu
dengan yang lain. Dan dengan kekuatan cinta ini pun kita terus diingatkan bahwa
kita mengampuni, mengasihi dan melayani orang lain karena kita telah lebih
dahulu menerima semuanya itu dari Allah, Sang Pemberi dan Pemelihara hidup.
Kasih Allah terhadap kita tidak berkesudahan. Bahkan, ketika kita melakukan apa
yang tidak layak untuk kita lakukan seperti yang dilakukan Yunus dengan
bersikap kesal dan marah terhadap Allah karena menganggap bahwa apa yang Allah
buat tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diharapkan, Ia tetap mengasihi
dan memberkati kita. Sudahkan kita menyadari semua kebaikan Tuhan dalam hidup
kita? Ataukah kita akan bersikap masa bodoh dengan apa yang terjadi?
Keputusannya ada di tangan kita masing-masing. Allah masih memberikan kita
kesempatan untuk hidup dan berkarya.
Dari
kesaksian Alkitab ini, kita pun diajak untuk jeli melihat tanda-tanda yang
terjadi di alam ini. Banyak peristiwa alam yang terjadi akhir-akhir ini yang
membuat kita takjub, gelisah ataupun takut. Mungkin dengan semuanya ini Allah
sementara berkarya lewat ciptaan-Nya untuk menyadarkan kita dari kekerasan hati
kita, atau mungkin Allah berkehendak agar kita lebih memperhatikan orang lain
di sekitar kita. Pohon jarak, menjadi lambang cinta kasih yang ditumbuhkan
Allah untuk mengingatkan kita selaku umat ciptaan-Nya bahwa Allah menginginkan
kita untuk menjadi seperti pohon jarak, dengan menjadi pembawa kesejukan
(kenyamanan, keamanan, ketenangan dan sukacita) bagi diri kita dan bahkan bagi
semua orang yang berada di sekitar kita, penghapus amarah dan pembawa berkat
bagi semua orang. (hmdd)
🙏🏻
BalasHapus